Minggu, 23 Februari 2014

Barfi! (2012)


Directed by: Anurag Basu
Written by  : Anurag Basu, Tani Basu & Sanjeev Duta
Cast            : Ranbir Kapoor, Priyanka Chopra, Ileana D'cruz


     Bicara mengenai film-film asal India, rasanya hanya beberapa film saja yang pernah saya tonton, masih bisa dihitung pakai jari lah. Rasa malas memang selalu ada ketika ingin menonton film produksi negara yang satu ini. Durasi film yang biasanya lebih dari 2 jam rasanya akan terasa lelah sekali. Tapi bukan berarti saya tidak bisa menikmati fiilm India. Justru ketika saya sudah masuk ke dalam film tersebut, rasanya 2 atau 3 jam pun sangat memuaskan sekali. Bahkan rata-rata film-film India yang saya tonton selalu memuaskan dan hasilnya benar-benar luar biasa bagusnya diluar dugaan saya. Begitu juga dengan Barfi, jika tidak masuk official submission Oscar ke-85 tahun lalu, mungkin saya tidak akan mencoba untuk menontonnya (payah sekali saya).

barfi23.jpg (630×356)

     Murphy (Ranbir Kapoor) adalah seorang pria yang dilahirkan tuli dan bisu. Ia dirawat oleh Ayahnya hingga besar tanpa sosok Ibu yang telah meninggalkannya saat melahirkan Murphy. Selama hidupnya, Murphy hanya bisa mengucapkan "Barfi" sehingga orang-orang di sekitarnya sering memanggilnya seperti itu.Suatu hari, Barfi bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Shruti (Ileana D'cruz) hubungan mereka berlanjut dan menjadi semakin komplek ketika mengetahui bahwa Shruti akan menikah dengan seorang pria mapan. Semua menjadi jauh lebih complicated ketika Shruti meninggalkannya dan ia harus mencari uang 7000 Rupee untuk biaya pengobatan ayahnya dan Barfi dituduh merampok bank serta menculik seorang wanita autis bernama Jhilmil (Priyanka Chopra). Complicated!


     Secara keseluruhan, film ini dikemas dengan sangat unik. Minim dialog, mengandalkan bahasa visual, gerak tubuh serta sinematografi. Alurnya yang maju-mundur namun dicampur-aduk sedemikian rupa serta terdapat flashback di dalam flashback membuat alur cerita film yang sebenarnya cukup complicated ini menjadi menarik dan unik. Film ini mungkin terinspirasi dari film klasik ala Chaplin. Mengandalkan ekspresi dan gerak tubuh dengan alunan scoring yang bagus. Sinematografi arahan S. Ravi Varman dapat menciptakan shot-shot cantik serta berhasil menimbulkan atmosfir-atmosfir yang tepat di dalam film. Selain Chaplin, Anurag Basu juga menyelipkan beberapa adegan yang sedikit terasa familiar dengan The Notebook (2004) dan The Curious Case of Benjamin Button (2008). Tidak menjadi masalah, karena Barfi punya ceritanya sendiri yang menarik. 


    Secara teknis, Barfi cukup unggul dan menarik, begitu juga dengan para cast yang hebat-hebat. Menurut saya Ranbir Kapoor terlalu ganteng untuk menjadi seorang Barfi. Haha. Tetapi kegantengannya tidak mengganggu karena memang Ranbir berhasil memainkan karakternya dengan sangat baik dan benar-benar menyentuh sekali. Untuk debut akting,  Ileana D'cruz tampil cukup baik sebagai seorang wanita yang bimbang dengan hidupnya. Nah, Priyanka Chopra ini nih yang menurut saya berhasil tampi beda disini. Kesan seksi yang biasanya saya dapat darinya dihilangkan secara total! Priyanka berhasil menjadi seorang wanita autis! Aktingnya tidak terlihat main-main, apa adanya layaknya orang autis sebagaimana mestinya. HEBAT!


   Anurag Basu berhasil membuat sebuah film dimana banyak makna kehidupan dan pesan cinta yang berhasil disampaikan ke audience tanpa harus banyak bicara. Salah satu film India terbaik yang pernah saya tonton! 

(9/10)

Jumat, 21 Februari 2014

Killers (2014)


Director: Mo Brothers
Screenplay: Takuji Ushiyama & Timo Tjahjanto
Cast: Oka Antara, Kazuki Kitamura, Luna Maya, Rin Takanashi.


     Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel  a.k.a Mo Brothers adalah duo sineas 'sakit' yang cukup terkenal di dalam maupun di luar Negeri. Sebut saja 'Dara' dalam Omnibus "TAKUT" yang menjadi segmen tersakit dalam anthologi tersebut. Dara sendiri dibuat menjadi film panjang berjudul Macabre a.k.a Rumah Dara yang sangat fenomenal saat itu. Setelah tidak terdengar selama 2 tahun, Timo kembali tanpa Kimo menyutradari film yang jauh lebih gila dan lebih sakit dari film sebelumnya dalam omnibus The Abc's of Death (Segment: L for Libido) dan di tahun berikutnya bersama Gareth Evans menyutradarai sekuel omnibus V/H/S/2 (Segment: Save Haven). Melihat filmografi Timo dan Kimo, sudah pasti membuat semua orang percinta film ngehe' begitu antusias dengan project ambisius mereka, Killers.


Killers mengalami pengunduran jadwal rilis yang seharusnya tayang pada tanggal 31 Oktober 2013 menjadi tayang 1 Februari di Jepang dan 6 Februari 2014 di Indonesia. Film yang rilis perdana di Festival Film Sundance ini mendapat respon yang positif disana dan untuk pertama kalinya bagi perfilman Indonesia, rumah produksi dalam negeri (Guerilla Merah Film) bekerja sama dengan rumah produksi Jepang (Nikkatsu). Selain cast dalam negeri yang cukup meyakinkan, Mo Bros juga menggaet cast dari Jepang yang cukup terkenal seperti Kazuki Kitamura yang sebentar lagi akan kita lihat performanya dalam The raid 2: Berandal dan Rin Takanashi yang baru saja kemarin bermain dalam Like Someone In Love yang sederhana namun tepat dan efektif.


     Cerita bermula di Jepang. Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura) seorang eksekutif muda yang good looking dan terlihat perfect. Tetapi dibalik kharismatiknya yang menawan ia memiliki dark side yang tidak main-main. Membunuh seseorang dengan cara menyiksa korban sambil didokumentasikan lalu diupload ke Internet hanya untuk kepuasan pribadi saja. Video tersebut menyebar dan diketahui oleh Bayu (Oka Antara) seorang Jurnalis yang mencoba membuka kedok pejabat ternama, Dharma (Ray Sahetapi). Setelah berulang kali menonton video hasil upload Nomura, Bayu merasa ada gejolak baru yang telah terpancing di dalam dirinya. Setelah pertama kali membunuh secara 'tak sengaja', Bayu mengupload hasil dokumentasinya ke internet. Nomura melihat video tersebut dan merasa tertarik dengan Bayu yang ternyata memiliki persamaan seperti dirinya. Setelah mereka berkoneksi, hubungan mereka menjadi semakin complicated dan jauh lebih serius dari yang Bayu duga.


     Dari judulnya memang terasa tidak ada yang baru, namun kali ini Timo & Kimo seperti ingin menjelaskan ke audience bahwa pembunuh bukanlah hanya sebutan bagi orang yang membunuh saja. Sudah jelas seperti tagline-nya "Inside Us Lives A Killer", hal ini membuktikan bahwa Killer itu ada di dark side setiap orang dan film ini menunjukkan dark side seseorang yang keluar dan menjadi dominan dalam dirinya. Ini sangat menarik sekali. Seolah-olah Mo Bros ingin mengingatkan kita untuk selalu meng-kontrol dark side di dalam tubuh kita. Cara Killers menggerakan narasinya dengan cara paralel dan 2 sekuens berbeda, Indonesia & Jepang jelas sekali membuat film ini menjadi menarik. Beberapa orang memang mengatakan lebih menyukai sekuens Jepang ketimbang Indonesia. Tetapi saya pribadi menyukai keduanya karena perbedaan itu lah yang sebenarnya membangun kedua karakter utama Nomura dan Bayu. Jepang yang dikemas dengan sinematografi cantik dengan alur yang lama dan warna yang dingin menggambarkan sosok kepribadian Nomura yang kesepian dan tenang namun tetap memiliki sisi misterius di dalamnya. Indonesia yang dikemas dengan warna yang agak panas dan editing yang agak sedikit cepat serta sinematografi yang kebanyakan menggunakan hand-held menggambarkan sosok Bayu yang tengah galau dengan masalah hidupnya.


     Porsi drama dalam film ini terasa cukup sebagai pendukung development story dan karakter. Seperti misalnya Bayu dengan mantan istri serta anak kesayangannya dan Nomura dengan masa lalunya serta wanita penjual bunga yang menarik baginya. Semua porsinya diletakkan ditempat yang tepat. Momen-momen konyol yang menyuguhkan unsur black-comedy didalamnya pun membuat film ini terasa cukup menyejukkan kepala saya setelah sebelumnya disuguhkan adegan-adegan yang serius, ya meskipun tidak lama kemudian kita bakal dihajar adegan-adegan yang lebih complicated. Tapi ada satu momen yang paling melekat buat saya. Banyak orang menyebutnya adegan 'ThreeSome'. Ya, 'threesome' dalam taksi memang yang paling asik, meskipun sedikit terasa konyol. Apalagi ketika melihat supir taksinya yang ber-behel. hoho


     Semua cast baik Indonesia maupun Japan, tampil dengan cukup baik. Oka Antara berhasil berusaha gila-gilaan dalam film ini. Kazuki Kitamura yang paling saya suka, tatapan matanya mengerikan! Peran-peran pendukung lainnya juga tampil cukup baik. Luna Maya meskipun penampilannya tidak terlalu istimewa, tetapi cukup baik dengan akting marah-marahnya. Ray Sahetapy tampil oke dan mengingatkan saya dengan perannya dalam film The Raid. Epy Kusnandar lagi-lagi menunjukkan performa yang ngehe' meskipun tidak sengehe' di 'L for Libido' or 'Save Haven'. Rin Takanashi yang sebenarnya biasa-biasa saja tetapi berhasil meyakinkan menjadi karakter yang cukup penting dan yang terakhir Mei Kurokawa yang selalu meyakinkan tampil dalam keadaan mabuk. Sayangnya karakter-karakter pendukung yang cukup penting ini tidak dieksplor lebih banyak.


     Kekurangan memang ada dalam film ini. Seperti continuity yang kurang pas dan sound design yang terlewatkan. tetapi itu tidak jadi masalah selama narasi dalam film berjalan dengan baik. Banyak juga yang tidak begitu suka film ini dengan alasan alurnya yang terlalu lama dan terkesan biasa-biasa saja. Menurut saya pribadi, Killers memang tidak menjual literan darah, potongan-potongan tubuh serta jeritan di setiap menitnya. Mungkin ekspetasi tinggi terhadap film ini menjadi salah satu alasannya. Endingnya juga tidak terlalu mengecewakan sebenarnya. Saya menyukainya, meskipun yaa terlihat begitu sederhana. Tetapi makna yang ingin di sampaikan dapat di terima dengan baik melalui adegan-adegan yang menghipnotis saya. Saran saya bagi anda yang ingin menonton Killers adalah: Nikmati filmnya, rasakan emosinya dan kalian akan mendapatkan kepuasan yang tak terduga. :) 

(8/10)