Kamis, 30 Mei 2013

WHAT THEY DON'T TALK ABOUT WHEN THEY TALK ABOUT LOVE (2013)


What They Don’t Talk About
When They Talk About Love

Producer      : Parama Wirasmo - Tia Hasibuan - Fauzan Zidni - Ninin Musa
Director         : Mouly Surya
Writers           : Mouly Surya
Casts             :
1. Nicholas Saputra
2. Ayusitha Nugraha
3. Karina Salim
4. Anggun Priambodo

Genre                         : Drama - Romance
Production               : Cinesurya Pictures
Release Date           : 2 Mei 2013
Running Time         : 104 Min
Country                     : Indonesia

      Pasti yang pertama anda perhatikan adalah judulnya yang lumayan panjang. Dalam debut film pertama Mouly yang berjudul sederhana “Fiksi” menceritakan tentang drama percintaan yang dikemas dengan nuansa thriller. Kalau tidak salah Mouly pernah bilang bahwa dia ingin membuat film yang jauh berbeda dari film Fiksi. Dengan mengambil judul yang sangat panjang What They Don’t Talk About When They Talk About Love atau dalam bahasa Indonesianya Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta atau bisa disingkat juga dengan Don’t Talk Love or Tidak Bicara Cinta sudah mewakili salah satu perbedaan dengan film pertamanya. Apa yang tidak dibicarakan ketika membicarakan cinta? Menurut saya adalah kekurangan. Itu hal pertama yang saya dapat.


    Menceritakan tentang kehidupan remaja di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Netra dimana mereka menuntut ilmu dan mulai merasakan jatuh cinta seperti layaknya remaja-remaja di luar sana. Diana (Karina Salim) penderita Low Vision yang hanya bisa  melihat dengan jarak 1cm dan sedang menunggu kehadiran yang sangat penting bagi wanita agar bisa merasakan menjadi seorang Wanita.Diam-diam Diana menyukai Andhika (Anggun  Priambodo) penderita buta total yang harus menggunakan tongkat dan sedang dalam keadaan yang galau karna pacarnya yang di luar sana. Fitri (Ayusitha Nugraha) sahabat Diana yang menderita buta total sejak lahir dan mempunyai “teman” yang sering di panggil Dokter. Edo (Nicholas Saputra) adalah anak punk sejati yang menderita tuli dan bisu. Edo adalaha anak dari Bu Rusli (Jajang C. Noer) yang berjualan nasi di SLB tersebut. Edo sering melihat Fitri bicara sendiri tentang “temannya” si Dokter. Hal tersebut digunakan Edo untuk bisa berkomunikasi lewat Fitri karna Edo menyimpan rasa terhadap Fitri.

WFTCRMImageFetch.aspx (680×340)

     Cara bercerita film ini sangatlah berbeda dengan film Mouly sebelumnya. Di sini ia ingin menyampaikan cerita kepada audiens dengan menggunakan bahasa visual dengan kemasan sinematografi yang cantik dan kebanyakan menggunakan long-take. Kualitas acting sudah tidak usah ditanyakan lagi. Dalam film ini yang menonjol adalah cara pengemasannya. 104 Min mungkin hanya beberapa menit saja kita mendengar percakapan seseorang. Tidak bisa dibilang film bisu, film ini tipe film yang minim dialgo namun dominan dengan penyapaian cerita yang menggunakan visual. Untuk beberapa orang film ini terasa membingungkan, membosankan, flat, aneh bahkan ada juga yang bilang film ini tidak ada ceritanya. Bagi saya film ini adalah film yang penuh cinta di setiap adegannya dan cukup menggores hati saya.


     Adegan opening ketika lagu “Burung Camar” by Vina Panduwinata di cover membuat saya merinding dan jujur saya suka banget sama adegan tersebut.  Langsung rasanya saya jatuh cinta dengan film ini. Dan itu terbukti hingga akhir film bahwa film ini adalah film dengan cerita yang tersirat namun penyampaian cintanya sungguh melekat di kepala dan tentunya hati saya. Bangga rasanya bisa menonton film ini. Film Drama-Percintaan yang tersirat, penuh cinta dengan kemasan yang unik dan berkelas.
   
My Rate         : (8.5/10) 



Poster Lain



Sumber: www.FIlmIndonesia.or.id

LAURA & MARSHA (2013)


LAURA & MARSHA

Producer      : Leni Lolang
Director         : Dinna Jasanti
Writers           : Titien Wattimena
Casts             :
1. Adinia Wirasti
2. Prisia Nasution
3. Ayal Oost
4. Restu Sinaga
5. Ratna Riantiarno
6. Tutie Kirana

Genre                         : Adventure - Drama
Production               : Inno Maleo Production
Release Date           : 30 Mei 2013
Running Time         : 103 Min
Country                     : Indonesia
Official Site               : Inno Maleo Films

      Kapan terakhir kali anda melihat film Indonesia yang menceritakan tentang travelling keliling Eropa? Banyak film Indonesia yang mengangkat tema travelling, namun kebanyakan hanya di dalam negeri saja. Kali ini kita akan di ajak oleh mba Dinna Jasanti (Burung-Burung Kertas) selaku sutradara film ini untuk mengikuti perjalanan 2 orang sahabat yang mengelilingi Eropa. Naskah yang ditulis oleh mba Titien Wattimena (salah satu penulis naskah favorit saya) sudah membuat film ini terlihat lebih menjanjikan.


     Laura (Prisia Nasution) dan Marsha (Adinia Wirasti) adalah 2 orang wanita yang bersahabatan sejak SMA namun memiliki sifat yang sangat berbeda. Laura, seorang wanita yang baru saja ditinggalkan suaminya. Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk berpergian jauh karna ingin focus dengan pekerjaan dan anak semata wayangnya, Luna (Afika). Marsha, seorang penulis buku Travelling yang belum pernah sama sekali ke Eropa. Hingga suatu hari Marsha ingin pergi keliling Eropa untuk mengenang kepergian ibu tercintanya. Marsha pun mengajak laura dengan iming-iming mewujudkan impian masa kecil mereka. Laura pun mengiyakannya meskipun tidak sepenuh hatinya.
     Perjalanan dimulai. Laura menetapkan aturan-aturan agar travelling mereka tersusun sesuai schedule dengan baik. Marsha pun terpaksa mengiyakan semua aturan-aturan tersebut hingga masalah kecil pun datang ketika Marsha mengajak teman baru 10 menit, Finn untuk ikut mobil sewaan mereka. Masalah semakin meruncing ketika persahabatan sejak SMA mereka diuji. Masalah tersebut membuat perjalanan 2 sahabat ini tidak semulus yang mereka kira. Mereka pun harus menghadapi hal-hal ekstrem untuk bertahan hidup di Benua Eropa.


     Sepanjang film ini saya tidak bisa berhenti tersenyum melihat chemistry Adinia Wirasti dan Prisia Nasution sebagai sahabat dari SMA. Chemistry mereka benar-benar kuat dan terlihat natural. Acting Prisia (Pemeran Utama Wanita Terbaik – Sang Penari, FFI 2011) dan Adinia (Pemeran Pembantu Wanita Terbaik – Arisan!2, Piala Maya 2012) sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka menunjukkan performa acting yang sangat totalitas. Naskah yang sangat bagus benar-benar membangun kedua karakter ini menjadi nyata dan melekat di kepala saya. Terimakasih mba Titien. How about the cinematography? Sinematografi yang banyak menggunakan hand-held membuat film ini terlihat seperti semi documenter sesuai dengan konsepnya yang sempat di jabarkan oleh mba Dinna jasanti ini. Hal tersebut memang sedikit menghipnotis saya, saya sampai lupa kalau saya ini sedang menonton film, saya seperti melihat acara reality show travelling yang dipandu oleh Prisia Nasution dan Adinia Wirasti selaku pembawa acaranya. Sangat sangat natural sekali!


     Satu hal yang perlu diingat, film terbaik atau terbagus pun tidak pernah luput dari yang namanya kesalahan atau kekurangan. Dalam Laura&Marsha, kekurangan yang saya tangkap adalah, ada beberapa adegan yang bisa dibilang kurang greget dan saya rasa bisa lebih baik lagi hasilnya jika di take ulang. Contoh adegan yang menonjol adalah ketika adegan Laura menangis saat di dalam rumah Finn dan keluar sampai di pantai. Saya akui saya tidak terlalu suka film yang terlalu di dramatisasikan. Tapi untuk adegan yang satu ini memang harus dibuat sedikit dramatisasi namun gagal karena acting Prisia yang kurang lepas. Rasanya saya ingin take ulang film itu, sayangnya itu bukan film saya. Dan semua kegregetan saya itu pun terjawab ketika saya menghadiri Media Screening. Mba Dinna Jasanti bercerita bahwa schedule mereka selama di Eropa sudah ditetapkan selama (kalau tidak salah 20 hari). Jadi seluruh cast&crew harus menyesuaikan waktu tersebut semaksimal mungkin. Ketika mba Dinna bercerita saya bisa menyimpulkan bahwa proses syuting film ini bisa dibilang sedikit buru-buru. Di satu sisi saya salut karna dengan proses syuting yang buru-buru tapi tetap bisa menghasilkan adegan-adegan yang maksimal dan di satu sisi lagi saya sangat menyayangkan hal tersebut. Sebetulnya tidak menjadi masalah besar, hanya saya merasa gregetan saja hehe. Tapi saya akui ini salah satu film Indonesia terbaik menurut saya di tahun ini. Film bertema Travelling keliling Eropa dengan citarasa Indonesia. Sangat direkomendasikan!

My Rate         : (8.5/10)



Sumber: www.FIlmIndonesia.or.id