Kamis, 30 Mei 2013

LAURA & MARSHA (2013)


LAURA & MARSHA

Producer      : Leni Lolang
Director         : Dinna Jasanti
Writers           : Titien Wattimena
Casts             :
1. Adinia Wirasti
2. Prisia Nasution
3. Ayal Oost
4. Restu Sinaga
5. Ratna Riantiarno
6. Tutie Kirana

Genre                         : Adventure - Drama
Production               : Inno Maleo Production
Release Date           : 30 Mei 2013
Running Time         : 103 Min
Country                     : Indonesia
Official Site               : Inno Maleo Films

      Kapan terakhir kali anda melihat film Indonesia yang menceritakan tentang travelling keliling Eropa? Banyak film Indonesia yang mengangkat tema travelling, namun kebanyakan hanya di dalam negeri saja. Kali ini kita akan di ajak oleh mba Dinna Jasanti (Burung-Burung Kertas) selaku sutradara film ini untuk mengikuti perjalanan 2 orang sahabat yang mengelilingi Eropa. Naskah yang ditulis oleh mba Titien Wattimena (salah satu penulis naskah favorit saya) sudah membuat film ini terlihat lebih menjanjikan.


     Laura (Prisia Nasution) dan Marsha (Adinia Wirasti) adalah 2 orang wanita yang bersahabatan sejak SMA namun memiliki sifat yang sangat berbeda. Laura, seorang wanita yang baru saja ditinggalkan suaminya. Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk berpergian jauh karna ingin focus dengan pekerjaan dan anak semata wayangnya, Luna (Afika). Marsha, seorang penulis buku Travelling yang belum pernah sama sekali ke Eropa. Hingga suatu hari Marsha ingin pergi keliling Eropa untuk mengenang kepergian ibu tercintanya. Marsha pun mengajak laura dengan iming-iming mewujudkan impian masa kecil mereka. Laura pun mengiyakannya meskipun tidak sepenuh hatinya.
     Perjalanan dimulai. Laura menetapkan aturan-aturan agar travelling mereka tersusun sesuai schedule dengan baik. Marsha pun terpaksa mengiyakan semua aturan-aturan tersebut hingga masalah kecil pun datang ketika Marsha mengajak teman baru 10 menit, Finn untuk ikut mobil sewaan mereka. Masalah semakin meruncing ketika persahabatan sejak SMA mereka diuji. Masalah tersebut membuat perjalanan 2 sahabat ini tidak semulus yang mereka kira. Mereka pun harus menghadapi hal-hal ekstrem untuk bertahan hidup di Benua Eropa.


     Sepanjang film ini saya tidak bisa berhenti tersenyum melihat chemistry Adinia Wirasti dan Prisia Nasution sebagai sahabat dari SMA. Chemistry mereka benar-benar kuat dan terlihat natural. Acting Prisia (Pemeran Utama Wanita Terbaik – Sang Penari, FFI 2011) dan Adinia (Pemeran Pembantu Wanita Terbaik – Arisan!2, Piala Maya 2012) sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka menunjukkan performa acting yang sangat totalitas. Naskah yang sangat bagus benar-benar membangun kedua karakter ini menjadi nyata dan melekat di kepala saya. Terimakasih mba Titien. How about the cinematography? Sinematografi yang banyak menggunakan hand-held membuat film ini terlihat seperti semi documenter sesuai dengan konsepnya yang sempat di jabarkan oleh mba Dinna jasanti ini. Hal tersebut memang sedikit menghipnotis saya, saya sampai lupa kalau saya ini sedang menonton film, saya seperti melihat acara reality show travelling yang dipandu oleh Prisia Nasution dan Adinia Wirasti selaku pembawa acaranya. Sangat sangat natural sekali!


     Satu hal yang perlu diingat, film terbaik atau terbagus pun tidak pernah luput dari yang namanya kesalahan atau kekurangan. Dalam Laura&Marsha, kekurangan yang saya tangkap adalah, ada beberapa adegan yang bisa dibilang kurang greget dan saya rasa bisa lebih baik lagi hasilnya jika di take ulang. Contoh adegan yang menonjol adalah ketika adegan Laura menangis saat di dalam rumah Finn dan keluar sampai di pantai. Saya akui saya tidak terlalu suka film yang terlalu di dramatisasikan. Tapi untuk adegan yang satu ini memang harus dibuat sedikit dramatisasi namun gagal karena acting Prisia yang kurang lepas. Rasanya saya ingin take ulang film itu, sayangnya itu bukan film saya. Dan semua kegregetan saya itu pun terjawab ketika saya menghadiri Media Screening. Mba Dinna Jasanti bercerita bahwa schedule mereka selama di Eropa sudah ditetapkan selama (kalau tidak salah 20 hari). Jadi seluruh cast&crew harus menyesuaikan waktu tersebut semaksimal mungkin. Ketika mba Dinna bercerita saya bisa menyimpulkan bahwa proses syuting film ini bisa dibilang sedikit buru-buru. Di satu sisi saya salut karna dengan proses syuting yang buru-buru tapi tetap bisa menghasilkan adegan-adegan yang maksimal dan di satu sisi lagi saya sangat menyayangkan hal tersebut. Sebetulnya tidak menjadi masalah besar, hanya saya merasa gregetan saja hehe. Tapi saya akui ini salah satu film Indonesia terbaik menurut saya di tahun ini. Film bertema Travelling keliling Eropa dengan citarasa Indonesia. Sangat direkomendasikan!

My Rate         : (8.5/10)



Sumber: www.FIlmIndonesia.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar